Jumat, 10 Juli 2009

Pantai Baron


Pantai Baron terletak di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, sekitar 23km arah selatan kota Wonosari, merupakan pantai pertama yang ditemui dari rangkaian kawasan Pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal dan Sundak.
Di pantai ini juga terdapat muara sungai bawah tanah yang bisa digunakan untuk pemandian setelah bermain di laut. Selain itu wisatawan juga dapat menikmati aneka ikan laut segar maupun siap saji, dengan harga terjangkau, termasuk menu khas pantai Baron yaitu Sop Kakap. Pada sisi sebelah timur dapat dicapai melalui jalan setapak yang melingkar terdapat bukit kapur wisatawan bisa beristirahat di gardu pandang, sambil menghirup udara pantai yang menyegarkan. Kurang lebih 10 km kea rah barat dari Pantai Baron terdapat Pantai Parang Racuk dengan bukitnya yang menjulang dan terjal, dengan leluasa dari atas bukit.
Pada setiap bulan Syuro tahun Jawa masyarakat nelayan setempat menyelenggarakan Upacara Sedekah Laut yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panenan ikan yang melimpah dan keselamatan mencari ikan di laut.

Jathilan



Pasar Seni Gabusan yang berlokasi di kilometer 9,7 Yogyakarta – Parangtritis, memang membanggakan, karena bangunannya yang khas, kemampuannya menampung pengrajin yang berjumlah sampai 600 orang, tidak ada duanya di kabupaten lain di seantero negeri.
Namun, dibalik kebanggaan itu, wajar, bila ada yang mengkhawatirkan, jangan-jangan Gabusan bernasib sama seperti LIK (Lingkungan Industri Kecil) yang dibangun di jaman Orde Baru. Kekhawatiran seperti itu tampaknya sudah sejak awal diantisipasi petinggi Bantul. Solusinya, Pasar Seni Gabusan, tidak semata-mata untuk menjaring wisatawan yang rekreasi ke pantai Parangtritis. Hitungan di atas kertas memang menggiurkan, separoh saja dari 2 juta pengunjung prangtritis per tahunnya mampir ke Gabusan, ramailah pasar seni bertaraf internasional itu. Tampaknya, Pemkab Bantul tidak semata-mata memimpikan kunjungan pelancong saja. Masyarakat Bantul sendiri, sebagaimana berkali-kali ditekankan Bupati Bantul (waktu itu Drs HM Idham Samawi), haruslah memiliki rasa handarbeni pasar seni Gabusan ini. Maka, diciptakanlah acara-acara rutin mingguan untuk meramaikan Gabusan. Seni tradisional yang cukup atraktif Jathilan atau kuda lumping. Pemunculan grup Gagak Rimang yang ditampilkan hari Minggu 12 Desember lalu, tampaknya di luar dugaan banyak orang. Gara-garanya, penunggang kuda lumping yang ‘ndadi’ atau kerasukan roh halus lebih dari dua orang. Bagi fotografer maupun juru kamera, banyaknya pemain yang kerasukan menjadi liputan yang menarik. Namun, di luar dugaan, Fotografere Bantulbiz.com yang sedang sibuk mengambil foto, didekati seseorang, berpakaian hitam-hitam. Dengan tenang, lelaki muda, berumur sekitar 27 tahun itu memperingatkan, kamera supaya disimpan saja, daripada nanti rusak isinya. Lho kok begitu? Anak muda itu menjawab tenang: “Kali ini memang luar biasa. Roh halus yang masuk ke pemain itu dari kraton semua.” Tanpa pikir panjang lagi, kamera pun lantas masuk tas. Memang, sebelum acara dimulai, mbah Sudiprawiro, mengaku berusia 89 tahun, tampak komat-kamit di dekat kuda lumping, sambil sekali-kali menaburkan kemenyan di bara arang, dan memunculkan asap putih agak tebal. “Maksudnya apa mbah?” tanya Bantulbiz.com penasaran seusai upacara ritual. “Saya minta ijin para penunggu di sini agar pertunjukan dapat berlangusng lancar. Saya juga minta dibantu kalau-kalau ada orang berkemampuan (mampu mendatangkan makhluk halus-red) yang jahil dan ingin mengganggu pertunjukan jathilan ini

Jumat, 19 Juni 2009

Belajar Membuat Blog

Blog ternyata sangat menyenangkan, ini hari adalah pertama kali aku membuat blog di blogspot.
Berawal dari sebuah tugas matakuliah Komputer II untuk membuat sebuah blog pribadi, saya berharap akan dapat memberikan ketrampilan bagi saya dalam membuat blog yang lebih luas lagi. Boleh berandai-andai nantinya saya bisa membuat blog untuk bisnis secara online, Semoga !!!!!